Minggu, kemarin tanggal 17 April 2016. Cerpenku dimuat lagi, Judulnya "MAWAR BERDURI"
Mau tahu, gimana ceritanya, lanjut lagi...
MAWAR BERDURI
“Pagi yang
indah,” ucap bunga Mawar saat keluar dari rumah.
Seperti
biasa, warga Flower’s Garden melakukan aktivitas di pagi yang cerah.
“Mawar, main
yuk?” ajak bunga Anggrek yang sudah ada di halaman.
Mawar
tersenyum ketika melihat Anggrek sahabatnya.
“Boleh, kita
main di lapangan aja,” jawab bunga Mawar.
“Ok. Ayo,
kita ke sana.”
Bunga
Anggrek dan bunga Mawar bersahabat sejak kecil. Hampir setiap hari mereka
bermain bersama. Di lapangan banyak anak-anak bunga yang sedang bermain. Ada
Kamboja, Melati, Dahlia, Matahari, Sakura, dan Tulip. Mereka sedang asyik
bermain.
“Hai Mawar,
Anggrek, ayo kemari. Kita bermain,” ajak Dahlia.
“Ayo, kita
bermain kena-kena, yuk?” ajak Mawar. Kena-kena adalah permainan anak-anak
bunga, seperti kucing-kucingan pada anak manusia.
“Tidak mau
ah, aku tidak mau main kena-kena sama Mawar,” kata Melati dengan nada yang
sinis.
“Mengapa?”
tanya Dahlia.
“Mawar
berduri tubuhnya, aku takut tertusuk. Kalau tertusuk pasti sakit,” jawab
Melati.
Mawar sangat
bersedih mendengar Melati.
“Mengapaa
kau berkata begitu? Bukannya kita berteman, meski mempunyai kelebihan dan
kekurangan masing-masing?” kata Tulip.
“Tidak
teman-teman. Apa yang Melati bilang benar. Aku tidak usah main kena-kena, duriku
tajam. Kalau begitu, aku pulang dulu,” ujar Mawar dengan sedih.
“Untuk apa
kamu pulang, Mawar?” tanya Tulip.
“Iya, untuk
apa?” tanya Sakura juga.
“Kita kan
masih bisa main permainan lain,” ujar Dahlia.
“Tidak,
terima kasih. Aku akan membantu Ibu saja di rumah,” kata Mawar sambil pergi.
Anggrek
mengejar Mawar.
“Teman-teman,
aku akan menghibur mawar,” kata Anggrek.
Setelah
Mawar dan Anggrek tidak ada, bunga-bunga lainnya memandangi Melati dengan wajah
kesal.
“Seharusnya
kau tak bicara begitu,” kata Matahari kesal.
“Iya benar,
kasihan Mawar. Dia kan baik, cantik dan harum,” timpal Kemboja.
“Mengapa sih
semua menyalahkan aku? Memang benar kok Mawar itu berduri,” jawab Melati yang
tidak merasa bersalah.
“Benar
apanya?, jelas-jelas kamu membuatnya sakit hati,” Kata Dahlia.
“Huh...!
Kalian ini!” kata Melati sambil meninggalkan teman-temannya.
***
Mawar sangat
sedih, ia merasa durinya sangat menggangu.
“Mawar...
tunggu aku,” Anggrek mengejar Mawar.
“Ada apa?”
tanya Mawar.
Anggrek melihat
kursi kecil di tepi jalan.
“Kita duduk
di sana,” kata Anggrek yang masih capek berlari-lari.
“Tenang
Mawar, jangan sedih,” kata Anggrek.
“Tidak,”
jawabnya pendek.
“Lalu,
mengapa kau tadi meninggalkan kami saat di lapangan?”
“Aku ingin
tidak mempunyai duri, seperti yang lainnya.”
“Stt...,
jangan begitu, durimu itu sangat berharga.”
“Berharga
apanya? Sama sekali tidak ada untungnya!” Mawar memotong Anggrek bicara. Mawar
terisak-isak.
“Hai, durimu
itu sangat indah. Durimu itu banyak gunanya. Bila kamu tidak punya duri, daun,
pucuk dan bungamu akan dimakan oleh banyak pemangsa. Banyak binatang, burung,
yang suka makan daun dan bungamu. Tapi mereka kapok mengganggumu karena
perlindungan durimu,” kata Anggrek panjang lebar.
“Apakah itu
benar?” tanya Mawar.
“Benar
sekali. Duri di tubuhmu itu sangat berguna.”
“Wah, terima
kasih ya Anggrek.”
“Sama-sama.
Kita harus mensyukuri apa yang kita punya. Semua makhluk hidup di dunia ini
mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Jadi kita jangan bersedih, kita harus
bersyukur apapun yang kita punya.”
Mawar
kembali ceria.
**
Keesokan
harinya di Sekolah Bunga, Melati mendekati Mawar yang sedang duduk di kursi.
“Selamat
pagi, Mawar,” kata Melati.
“Pagi juga,
Melati,” jawab Mawar sambil tersenyum.
“Mawar,
maafkan aku ya, aku sudah menyakiti hatimu,” kata Melati sambil menunduk.
“Semua
kesalahanmu sudah aku maafkan, tapi jangan diulangi lagi, ya.”
“Pasti aku
tidak akan mengulaginya lagi.”
“Iya, kita
jangan saling menyakiti. Kita kan berteman,” ujar Dahlia yang tiba-tiba sudah
berada di belakang kedua temannya.
“Hai, sudah
pada baikan, ya?” ucap Tulip yang datang bersama Kamboja dan Matahari.
Mawar dan
Melati saling memandang dan tersenyum.
“Kita semua
berteman kok, selamanya,” kata Mawar dan Melati bersamaan. Semua tertawa senang.
***
Terima kasih..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar