Sky Blue Bow Tie Senyum Semilir: Cerpen Mawar Berduri

Senin, 18 April 2016

Cerpen Mawar Berduri

Hai hai..
Minggu, kemarin tanggal 17 April 2016. Cerpenku dimuat lagi, Judulnya "MAWAR BERDURI"
Mau tahu, gimana ceritanya, lanjut lagi...


                MAWAR BERDURI


“Pagi yang indah,” ucap bunga Mawar saat keluar dari rumah.
Seperti biasa, warga Flower’s Garden melakukan aktivitas di pagi yang cerah.
“Mawar, main yuk?” ajak bunga Anggrek yang sudah ada di halaman.
Mawar tersenyum ketika melihat Anggrek sahabatnya.
“Boleh, kita main di lapangan aja,” jawab bunga Mawar.
“Ok. Ayo, kita ke sana.”
Bunga Anggrek dan bunga Mawar bersahabat sejak kecil. Hampir setiap hari mereka bermain bersama. Di lapangan banyak anak-anak bunga yang sedang bermain. Ada Kamboja, Melati, Dahlia, Matahari, Sakura, dan Tulip. Mereka sedang asyik bermain.
“Hai Mawar, Anggrek, ayo kemari. Kita bermain,” ajak Dahlia.
“Ayo, kita bermain kena-kena, yuk?” ajak Mawar. Kena-kena adalah permainan anak-anak bunga, seperti kucing-kucingan pada anak manusia.
“Tidak mau ah, aku tidak mau main kena-kena sama Mawar,” kata Melati dengan nada yang sinis.
“Mengapa?” tanya Dahlia.
“Mawar berduri tubuhnya, aku takut tertusuk. Kalau tertusuk pasti sakit,” jawab Melati.
Mawar sangat bersedih mendengar Melati.
“Mengapaa kau berkata begitu? Bukannya kita berteman, meski mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing?” kata Tulip.
“Tidak teman-teman. Apa yang Melati bilang benar. Aku tidak usah main kena-kena, duriku tajam. Kalau begitu, aku pulang dulu,” ujar Mawar dengan sedih.
“Untuk apa kamu pulang, Mawar?” tanya Tulip.
“Iya, untuk apa?” tanya Sakura juga.
“Kita kan masih bisa main permainan lain,” ujar Dahlia.
“Tidak, terima kasih. Aku akan membantu Ibu saja di rumah,” kata Mawar sambil pergi.
Anggrek mengejar Mawar.
“Teman-teman, aku akan menghibur mawar,” kata Anggrek.
Setelah Mawar dan Anggrek tidak ada, bunga-bunga lainnya memandangi Melati dengan wajah kesal.
“Seharusnya kau tak bicara begitu,” kata Matahari kesal.
“Iya benar, kasihan Mawar. Dia kan baik, cantik dan harum,” timpal Kemboja.
“Mengapa sih semua menyalahkan aku? Memang benar kok Mawar itu berduri,” jawab Melati yang tidak merasa bersalah.
“Benar apanya?, jelas-jelas kamu membuatnya sakit hati,” Kata Dahlia.
“Huh...! Kalian ini!” kata Melati sambil meninggalkan teman-temannya.
                       ***
Mawar sangat sedih, ia merasa durinya sangat menggangu.
“Mawar... tunggu aku,” Anggrek mengejar Mawar.
“Ada apa?” tanya Mawar.
Anggrek melihat kursi kecil di tepi jalan.
“Kita duduk di sana,” kata Anggrek yang masih capek berlari-lari.
“Tenang Mawar, jangan sedih,” kata Anggrek.
“Tidak,” jawabnya pendek.
“Lalu, mengapa kau tadi meninggalkan kami saat di lapangan?”
“Aku ingin tidak mempunyai duri, seperti yang lainnya.”
“Stt..., jangan begitu, durimu itu sangat berharga.”
“Berharga apanya? Sama sekali tidak ada untungnya!” Mawar memotong Anggrek bicara. Mawar terisak-isak.
“Hai, durimu itu sangat indah. Durimu itu banyak gunanya. Bila kamu tidak punya duri, daun, pucuk dan bungamu akan dimakan oleh banyak pemangsa. Banyak binatang, burung, yang suka makan daun dan bungamu. Tapi mereka kapok mengganggumu karena perlindungan durimu,” kata Anggrek panjang lebar.
“Apakah itu benar?” tanya Mawar.
“Benar sekali. Duri di tubuhmu itu sangat berguna.”
“Wah, terima kasih ya Anggrek.”
“Sama-sama. Kita harus mensyukuri apa yang kita punya. Semua makhluk hidup di dunia ini mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Jadi kita jangan bersedih, kita harus bersyukur apapun yang kita punya.”
Mawar kembali ceria.
**
Keesokan harinya di Sekolah Bunga, Melati mendekati Mawar yang sedang duduk di kursi.
“Selamat pagi, Mawar,” kata Melati.
“Pagi juga, Melati,” jawab Mawar sambil tersenyum.
“Mawar, maafkan aku ya, aku sudah menyakiti hatimu,” kata Melati sambil menunduk.
“Semua kesalahanmu sudah aku maafkan, tapi jangan diulangi lagi, ya.”
“Pasti aku tidak akan mengulaginya lagi.”
“Iya, kita jangan saling menyakiti. Kita kan berteman,” ujar Dahlia yang tiba-tiba sudah berada di belakang kedua temannya.
“Hai, sudah pada baikan, ya?” ucap Tulip yang datang bersama Kamboja dan Matahari.
Mawar dan Melati saling memandang dan tersenyum.
“Kita semua berteman kok, selamanya,” kata Mawar dan Melati bersamaan. Semua tertawa senang. ***


Terima kasih..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar